Senin, 07 September 2015

Bab 1 (Sera)


Aku yakin sekali kalau cowok di sebelahku ini lagi ngeliatin aku.
Cowok yang sudah aku kenal hampir seumur hidupku ini berkelakuan sangat aneh sejak beberapa hari yang lalu. Semua penghuni sekolah tahu kalau seorang Sera Irainia selalu berada di samping seorang cowok bertampang malaikat bernama Raza Sbastian. Tentu aja semua cewek selalu iri pada kedekatanku dengannya.
Namun yang aku tahu, selama ini Raza tidak pernah melihatku dengan tatapan seperti yang dia berikan sekarang. Udah setengah jam sejak aku duduk di sebelahnya dan aku merasa tatapannya yang tajam itu terus-menerus memperhatikan gerak-gerikku.
“Za, ada yang salah sama penampilan gue?” tembakku langsung.

Raza yang tertangkap basah karena melototin aku terus-menerus malah tidak terlihat merasa malu. Bahkan matanya yang biru--mengikuti turunan dari ayahnya yang asli Perancis itu--malah semakin melotot.
“gue bingung kenapa gue baru sadar kalau elo cantik?”
Aku menatapnya heran bercampur geli. Raza yang merasa pertanyaannya yang kelewat memuji itu malah berdengus dan bermaksud untuk meninggalkanku sendirian di area taman ini. Aku terkikik geli dan mengikuti langkahnya yang terlihat dongkol.
“kok ninggalin gue sendirian? Malu?” ledekku masih tertawa tertahan.
“ngapain juga gue malu.” bantah Raza.
“lah, terus kenapa langsung pergi gitu aja? Hayoo.. terpesona ya sama gue!”
“geer banget sih lo!”
Aku masih tertawa-tawa sambil berjalan disampingnya. Tatapan iri baik dari pihak cewek terus mengiringi jalan kami. Sampai akhirnya aku tiba di depan kelasku. Raza terdiam sebentar dan menatapku dengan pandangan yang sama seperti tadi.
“pulang sekolah lo ada latihan?” aku mengangguk dan tersenyum sebagai jawabannya. “kalau gitu gue nunggu di tempat biasa ya? Baru nanti pulang bareng.”
“oke.” Aku mengiyakan.
Raza meninggalkan area kelas IPS menuju area kelas IPA.

Biar aku jelasin dulu, kalau sekolahku ini, SMA Nusa Bangsa memiliki gedung yang terdiri dari tiga gedung utama. Gedung pertama itu terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama itu terdapat ruangan-ruangan tempat basecamp dari banyak ekskul yang ada di Nusa Bangsa. Di lantai kedua terdapat area perpustakaan yang super lengkap, dilengkapi dengan area baca yang pewe banget buat para maniak buku nongkrong (dan aku bukan salah satunya!). lantai teratas terdiri dari 3 ruangan-ruangan mengerikan tempat adanya lab Fisika, lab Biologi dan lab Kimia berada.
Gedung kedua hanya terdiri dari satu lantai. Terdiri dari ruangan guru, ruangan administrasi sekolah dan juga ruangan terkeramat seperti ruangan BK, ruangan piket dan ruangan kepala sekolah kami yang menakutkan banget. Khusus gedung ini berada di area terdepan dari sekolah. Kebayang kan kalau kesiangan tuh pasti dilihat sama guru-guru dari jendela ruangan mereka dan juga dipelototin guru piket. Seremnya enggak ketulungan.
Gedung ketiga terdiri dari kelas-kelas tempat kami menuntut ilmu. Lantai satu untuk kelas sepuluh, terdiri dari enam kelas. Lantai dua untuk kelas sebelas dan dua belas yang mengambil kelas IPS dan bahasa. Terakhir, lantai tiga untuk kelas sebelas dan dua belas yang mengambil kelas IPA, dimana kelas Raza berada.
Khusus seperti area kantin dan taman, terletak tidak jauh dari lapangan basket dan sepakbola. Mungkin kontraktor yang bikin desain Nusa Bangsa ini tahu perasaan kami para cewek, yaitu makan atau ngemil sambil ngecengin cowok-cowok yang lagi keren-kerennya beraksi di lapangan. Pandangan yang menyegarkan mata!
Kembali ke realitas. Aku segera masuk ke kelas karena lima menit lagi guru-guru pasti akan menyerbu ke ruangan kelas tempat mereka mengajar. Saat aku sedang berjalan dengan santai, cewek yang berada di barisan paling tidak populer—barisan depan—sedang bergosip tentang diriku.
“sok mesra banget sih! Udah bagus dia mau deket-deket si Sera, eh ngasih liat pemandangan yang merusak mata lagi!” gosip salah satunya.
Nony, cewek bertampang jelek dengan wajah yang putih banget tapi dari leher ke bawah warnanya lebih hitam. Eugh! Benci banget aku sama cewek satu ini!
Salah satu dari geng gosip itu menyenggol lengan Ami untuk menyadarkannya kalau aku sedang memelototinya. Nony yang merasa terganggu akhirnya menatap ke arah tatapan teman-teman sepergosipannya—kearahku.
“HEH! Gosip aja lo! Giliran di omongin aja ngamuknya sampai bikin geger sekolah!”
Bukan! Itu bukan suaraku yang sudah mendamprat cewek sialan ini. Tapi sahabatku sejak menginjakkan kakiku di SMA Nusa Bangsa. Elena Dakker. Cewek keturunan indonesia asli ini langsung menggebrakan meja begitu kata-kata tajam khas dirinya keluar. Nony yang tidak mau kalah langsung ikut menggebrakan meja dan mengajak adu mulut dengan keras.
Hampir aja terjadi acara jambak-jambakan disertai guling-gulingan kalau tidak ada kedatangan ketua kelas kami, Rai,  disertai guru piket kami yang menakutkan. Pak Sono. Keduanya digiring ke ruangan BK untuk kesekian kalinya minggu ini. Aku mengikuti mereka diam-diam dan bersembunyi di dekat pintu belakang sekolah.
Sepuluh menit kemudian, Elena keluar dari ruangan BK dan melengos kearahku.
“sebel banget gue sama tuh cewek!”
“padahal elo gak usah ngebelain gue segitunya kali, Na..”
“gue enek tau sama kelakuannya, minta di gampar bolak balik. Urgh!” Elena menendang batu kerikil yang ada di depannya.
Tidak disangka, perbuatannya itu membuat seseorang tiba-tiba saja berteriak tertahan. Aku dan Elena mendongakkan kepala kami dan mendapati muka menahan tawa dari Raza. Dia di temani seorang cowok yang sangat kami kenali. Ganda hardiputra. Saat ini sedang meringis sambil memegangi dahinya yang terlihat agak merah. Ups!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar