Aku yakin sekali kalau cowok di sebelahku ini lagi ngeliatin aku.
Cowok yang sudah aku kenal hampir seumur hidupku ini berkelakuan sangat
aneh sejak beberapa hari yang lalu. Semua penghuni sekolah tahu kalau seorang
Sera Irainia selalu berada di samping seorang cowok bertampang malaikat bernama
Raza Sbastian. Tentu aja semua cewek selalu iri pada kedekatanku dengannya.
Namun yang aku tahu, selama ini Raza tidak pernah melihatku dengan
tatapan seperti yang dia berikan sekarang. Udah setengah jam sejak aku duduk di
sebelahnya dan aku merasa tatapannya yang tajam itu terus-menerus memperhatikan
gerak-gerikku.
“Za, ada yang salah sama penampilan gue?” tembakku langsung.
Raza yang tertangkap basah karena melototin aku terus-menerus malah tidak
terlihat merasa malu. Bahkan matanya yang biru--mengikuti turunan dari ayahnya yang asli Perancis
itu--malah semakin melotot.
“gue bingung kenapa gue baru sadar kalau elo cantik?”
Aku menatapnya heran bercampur geli. Raza yang merasa pertanyaannya yang
kelewat memuji itu malah berdengus dan bermaksud untuk meninggalkanku sendirian
di area taman ini. Aku terkikik geli dan mengikuti langkahnya yang terlihat
dongkol.
“kok ninggalin gue sendirian? Malu?” ledekku masih tertawa tertahan.
“ngapain juga gue malu.” bantah Raza.
“lah, terus kenapa langsung pergi gitu aja? Hayoo.. terpesona ya sama
gue!”
“geer banget sih lo!”
Aku masih tertawa-tawa sambil berjalan disampingnya. Tatapan iri baik
dari pihak cewek terus mengiringi jalan kami. Sampai akhirnya aku
tiba di depan kelasku. Raza terdiam sebentar dan menatapku dengan pandangan
yang sama seperti tadi.
“pulang sekolah lo ada latihan?” aku mengangguk dan tersenyum sebagai
jawabannya. “kalau gitu gue nunggu di tempat biasa ya? Baru nanti pulang
bareng.”
“oke.” Aku mengiyakan.
Raza meninggalkan area kelas IPS menuju area kelas IPA.
Biar aku jelasin dulu, kalau sekolahku ini, SMA Nusa Bangsa memiliki gedung yang terdiri dari tiga gedung utama. Gedung pertama itu terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama itu terdapat ruangan-ruangan tempat basecamp dari banyak ekskul yang ada di Nusa Bangsa. Di lantai kedua terdapat area perpustakaan yang super lengkap, dilengkapi dengan area baca yang pewe banget buat para maniak buku nongkrong (dan aku bukan salah satunya!). lantai teratas terdiri dari 3 ruangan-ruangan mengerikan tempat adanya lab Fisika, lab Biologi dan lab Kimia berada.
Biar aku jelasin dulu, kalau sekolahku ini, SMA Nusa Bangsa memiliki gedung yang terdiri dari tiga gedung utama. Gedung pertama itu terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama itu terdapat ruangan-ruangan tempat basecamp dari banyak ekskul yang ada di Nusa Bangsa. Di lantai kedua terdapat area perpustakaan yang super lengkap, dilengkapi dengan area baca yang pewe banget buat para maniak buku nongkrong (dan aku bukan salah satunya!). lantai teratas terdiri dari 3 ruangan-ruangan mengerikan tempat adanya lab Fisika, lab Biologi dan lab Kimia berada.
Gedung kedua hanya terdiri dari satu lantai. Terdiri dari ruangan guru,
ruangan administrasi sekolah dan juga ruangan terkeramat seperti ruangan BK,
ruangan piket dan ruangan kepala sekolah kami yang menakutkan banget. Khusus gedung
ini berada di area terdepan dari sekolah. Kebayang kan kalau kesiangan tuh
pasti dilihat sama guru-guru dari jendela ruangan mereka dan juga dipelototin
guru piket. Seremnya enggak ketulungan.
Gedung ketiga terdiri dari kelas-kelas tempat kami menuntut ilmu. Lantai satu
untuk kelas sepuluh, terdiri dari enam kelas. Lantai dua untuk kelas sebelas
dan dua belas yang mengambil kelas IPS dan bahasa. Terakhir, lantai tiga untuk
kelas sebelas dan dua belas yang mengambil kelas IPA, dimana kelas Raza berada.
Khusus seperti area kantin dan taman, terletak tidak jauh dari lapangan
basket dan sepakbola. Mungkin kontraktor yang bikin desain Nusa Bangsa ini tahu
perasaan kami para cewek, yaitu makan atau ngemil sambil ngecengin cowok-cowok
yang lagi keren-kerennya beraksi di lapangan. Pandangan yang menyegarkan mata!
Kembali ke realitas. Aku segera masuk ke kelas karena lima menit lagi
guru-guru pasti akan menyerbu ke ruangan kelas tempat mereka mengajar. Saat aku
sedang berjalan dengan santai, cewek yang berada di barisan paling tidak
populer—barisan depan—sedang bergosip tentang diriku.
“sok mesra banget sih! Udah bagus dia mau deket-deket si Sera, eh ngasih
liat pemandangan yang merusak mata lagi!” gosip salah satunya.
Nony, cewek bertampang jelek dengan wajah yang putih banget tapi dari
leher ke bawah warnanya lebih hitam. Eugh! Benci banget aku sama cewek satu ini!
Salah satu dari geng gosip itu menyenggol lengan Ami untuk menyadarkannya
kalau aku sedang memelototinya. Nony yang merasa terganggu akhirnya menatap ke
arah tatapan teman-teman sepergosipannya—kearahku.
“HEH! Gosip aja lo! Giliran di omongin aja ngamuknya sampai bikin geger
sekolah!”
Bukan! Itu bukan suaraku yang sudah mendamprat cewek sialan ini. Tapi sahabatku
sejak menginjakkan kakiku di SMA Nusa Bangsa. Elena Dakker. Cewek keturunan
indonesia asli ini langsung menggebrakan meja begitu kata-kata tajam khas
dirinya keluar. Nony yang tidak mau kalah langsung ikut menggebrakan meja dan mengajak
adu mulut dengan keras.
Hampir aja terjadi acara jambak-jambakan disertai guling-gulingan kalau
tidak ada kedatangan ketua kelas kami, Rai, disertai guru piket kami yang menakutkan. Pak
Sono. Keduanya digiring ke ruangan BK untuk kesekian kalinya minggu ini. Aku mengikuti
mereka diam-diam dan bersembunyi di dekat pintu belakang sekolah.
Sepuluh menit kemudian, Elena keluar dari ruangan BK dan melengos
kearahku.
“sebel banget gue sama tuh cewek!”
“padahal elo gak usah ngebelain gue segitunya kali, Na..”
“gue enek tau sama kelakuannya, minta di gampar bolak balik. Urgh!” Elena
menendang batu kerikil yang ada di depannya.
Tidak disangka, perbuatannya itu membuat seseorang tiba-tiba saja
berteriak tertahan. Aku dan Elena mendongakkan kepala kami dan mendapati muka
menahan tawa dari Raza. Dia di temani seorang cowok yang sangat kami kenali.
Ganda hardiputra. Saat ini sedang meringis sambil memegangi dahinya yang
terlihat agak merah. Ups!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar